Archive for Januari 2018

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
     Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu adanya saling keterkaitan beberapa sektor, antara lain lingkungan dan masyarakat serta kemanfaatan dan pembangunan. Pembangunan akan selalu berkaitan dan saling berinteraksi dengan lingkungan hidup. Interaksi tersebut dapat bersifat positif atau negatif. Pengetahuan dan informasi tentang berbagai interaksi tersebut sangat diperlukan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.

Ciri-ciri pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
1.      Pembangunan yang dilaksanakan tidak terjadi atau mampu meminimalkan kerusakan dan pecemaran lingkungan.
2.      Pembangunan yang dilaksanakan memerhatikan antara lingkungan fisik dan lingkungan emosi.
3.      Pembangunan yang dilaksanakan mampu mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara efektif, efisien, dan bijaksana.
4.      Pembangunan yang dilaksanakan mendasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan serta memerhatikan moral atau nilai-nilai adat yang dianut dalam masyarakat.
5.      Pembangunan yang dilakukan harus memiliki sifat-sifat fundamental dan ideal serta berjangka pendek dan panjang.
6.      Pembangunan yang dilaksanakan mampu memerluas lapangan dan kesempatan kerja.
7.      Pembangunan yang dilaksanakan harus mampu melakukan pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan rakyat.
8.      Pembangunan yang dilakukan harus mampu melakukan pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan hidup antaragolongan dan antardaerah.
9.      Pembangunan yang dilaksanakan dalam tingakt laju pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi.
10.   Pembangunan yang dilakukan harus berpedoman untuk selalu mempertahankan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan nasional.
     Pola pembangunan perkotaan yang berwawasan lingkungan ialah konsep yang harus ditempuh melalui proses jangka panjang. Sebab kota merupakan arena kegiatan manusia yang serba kompleks melibatkan berbagai aspek ativitas. Baik aspek manusianya, sumber daya alam dan buatan manusia. Oleh karenanya, pembangunan perkotaan dampak lingkungan yang ditimbulkan merusak ekosistem perkotaan.
     Seperti disebutkan dalam UULH pasal 1 angka 13 (Jayadinata 1992 lampiran 6) menyebutkan “Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”. Kalau uraian tersebut dianalisis lebih jauh tentang konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan, ada beberapa cerita yang perlu diberi penekanan yang lebih mendalam, yaitu :
1.      Konsep Usaha Sadar
2.      Bijaksana dan Berencana
3.      Pembangunan yang Berkesinambungan
4.      Meningkatkan Mutu Hidup



Metode dan Teknik Perencanaan Lingkungan
     Metode yang dugunakan dalam perencanaan lingkungan pada dasarnya tidak berbeda dengan metode yang digunakan pada perencanaan yang lain. Pokok-pokok yang menjadi fokus analisis dalam perencanaan akan muncul pada seluruh tahapan proyek dan bervariasi menurut tingkatan kerumitannya.
     Pada tahap awal, biasanya berkaitan dengan persoalan rekayasa, keamanan dan kesehatan yang diketahui atau diharapkan. Selanjutnya proses tersebut akan menjadi lebih analitis, karena pokok persoalan yang muncul berkaitan dengan pengujian prosedur perencanaan dan desain. Pendekatan yang digunakan memang bervariasi. Pendekatan ini pada umumnya mencakup pemeriksaan lapangan. Setelah itu, disertai usaha untuk mendapatkan ukuran lapangan. Data tersebut diperoleh dari data sekunder, seperti peta topografi, peta tanah, keadaan cuaca.
   Pengelolahan pembangunan yang berwawasan lingkungan harus mendasarkan pada pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang guna menyokong pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan seluruh rakyat.
Contoh Kota berwawasan lingkungan :

Surabaya, Indonesia


     Penerapan “Green building” atau bangunan yang memiliki visi ramah lingkungan tidak terbatas pada gedung-gedung bertingkat, melainkan bangunan lain seperti perumahan. Bangunan memberikan kontribusi yang besar terhadap gas rumah kaca, selain transportasi massal cepat. Karena itulah, mau tidak mau “green building” jadi prioritas agar kualitas lingkungan lebih baik.
     Gedung pemerintahan di Surabaya masih banyak yang belum menerapkan sistem tersebut, sehingga ke depan, pihaknya akan menekankan untuk kantor pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kantor setingkat dinas di pemerintah kota menerapkannya. Prinsip sudah diterapkan dan sudah ada evaluasi untuk gedung pemerintahan, tinggal bagaimana mengoptimalkan sirkulasi pencahayaan alami, sirkulasi udara yang tidak semata-mata mengandalkan AC dan instalasi pengolaan limbah.

     Salah satu bangunan yang menerapkan konsep green building adalah Singgasana Hotel Surabaya. Hotel dengan konsep resort tanpa bangunan tingkat ini memungkinkan penghuni ataupun pengunjung tidak memerlukan lift atau escalator untuk menuju ke kamar atau ruangan tertentu.


     Menurut Virtaloka selaku Manajer Public Relation Singgasana Hotel Surabaya, penggunaan jendela berukuran lebar serta lampu hemat energi merupakan upaya menuju bangunan yang hijau dan ramah lingkungan.

     Tidak hanya energi, pencahayaan maupun konsep taman yang menjadi unggulan, penggunaan air juga menjadi perhatian untuk mewujudkan bangunan yang hijau dan ramah lingkungan.


     Pemanfaatan water treatment plan untuk mengolah dan memanfaatkan air, menjadi salah satu faktor penghematan biaya untuk penggunaan air di Singgasana Hotel Surabaya. Penggunaan air untuk mandi, mencuci dan menyiram kebun, diperoleh dari air sungai Surabaya, dimana limbahnya selain masih dimanfaatkan, juga diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran sanitasi kota. Begitu juga dengan Kota Surabaya itu sendiri, saat ini di kota tersebut mulai banyak pembangunan taman-taman kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota

    Walikota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, cita-cita menjadikan Surabaya sebagai eco city, merupakan alasan dilakaksanakannya program "Green Building Awereness Award" ini. Risma berharap agar dengan kondisi kota yang bersih, hijau dan sehat, kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.


Kota Berwawasan Lingkungan

Posted by : Dimas Yulinko Ishlah
Rabu, 24 Januari 2018
0 Comments
Arsitektur Biologis berasal dari hubungan kata arsitektur yang berarti “pembangunan”, bios yang berarti “kehidupan”, dan logos yang berarti “dunia teratur” secara interdisipliner. Arsitektur sendiri merupakan seni dalam imajinasi dan ilmu dalam merancang bangunan, maksudnya adalah arsitektur yang merancang serta membangun keseluruhan lingkungan binaan dan menuju pada hasil proses perancangan. Sedangkan Biologis adalah ilmu alam yang mempelajari kehidupan serta organisme hidup termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran dan taksonominya. Jadi Arsitektur Biologis adalah illmu penghubung yang mempelajari antara manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Arsitektur ini merupakan arsitektur kemanusiaan yang memeperhatikan kesehatan.

Arsitektur Biologis lebih memanfaatkan potensi alam berdasarkan pembangunan berwawasan lingkungan. Kualitas dari arsitektur sulit diukur batasan antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas bisa dinilai dari bentuk bangunan serta konstruksi namun kurang mementingkan kualitas penghuni yang dirasakan yang memungkinkan ketertarikan terhadap arsitektur ini. Dalam Arsitektur Biologis diupayakan dalam perancangan arsitektur  memperhatikan aspek lingkungan serta meningkatkan kualitas kehidupan.

Latar belakang Arsitektur Biologis yang berkembang sekarang adalah beberapa tahun terakhir isu daripemanasan global dijadikan masalah yang disadari oleh banyak manusia sekarang. Diantaranya adalah tidak seimbangnya ekosistem alam dari berbagai fenomena. Sehingga berbagai pemimpin negara membahas permasalahan pemanasan global ini dan berbagai komunitas serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap lingkungan muncul dimana-mana. Salah satu yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dari segi rancang bangun berupa desain atau material bangunannya. Bukan untuk mengembangkan bangunan pencakar langit, namun memikirkan bangunan yang ramah terhadap alam lingkungan sehingga muncul keseimbangan alam yang baik.


·         Arsitektur Tradisional merupakan Arsitektur Biologis

Arsitektur ini cocok dengan iklim daerah setempat seperti di Indonesia. Contohnya adalah rumah dipedalaman seperti di Irian Jaya suku Korowai di Merauke yaitu rumah diatas pohon yang perencanaan bangunannya selaras dengan alam. Peralatan masih berupa batu karang dan kayu. Penyelesaiannya selama 2 tahun dan bisa menampung 4-5 keluarga. Dinding rumah dibuat dari pelepah daun nipah, pohon penghasil sagu. Alas rumah terbuat dari kulit kayu balsa yang diserut menggunakan pisau karang.

            Dan contoh lagi adalah perkampungan di Bali menggambarkan keselarasan manusia dengan alam yang bentuk bangunannya disesuaikan dengan aktivitas dab fungsi penghuni, bahan bangunannya dari bahan alami dan dibentuk dengan bantuan konstruksi yang memperhatikan iklim.

            Rumah adat yang berbentuk rumah pangggung  salah satu contoh arsitektur biologis zaman dahulu di Indonesia. Rumah adat ini sangat kokoh dibandingkan dengan bangunan lain dibuktikan dengan peristiwa gempa yang pernah terjadi, karena bobot bangunan ini ringan terbuat dari bambu dan kayu sehingga kuat terhadap gempa. Pada era modern sekarang arsitektur biologis tidak harus sama seperti bangunan rumah adat, lebih membuat rancangan bangunan yang efisien terhadap sumber daya seperti listrik dan pendekatan ekologis seperti ramah lingkungan, menjaga kelangsungan  ekosistem, energi efisien, menekan penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan cara daur ulang.

            Ahli biologi dan arsitek Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, memikirkan bahwa setiap negara di dunia kini berusaha membangun perumahan dan kota masa depan yang memperhatikan masalah penyelamatan lingkungan. Pengotoran udara oleh industri dan kepadatan penduduk di perkotaan sangat merugikan masyarakat di dunia. Arsitektur biologis merupakan alternatif berguna meringankan kerusakan lingkungan akibat kemajuan teknologi. Sebaiknya pembangunan lingkungan harus terdiri dari dinding dan atap hidup yang menyediakan oksida dan energi.

Pendidikan arsitektur barat kurang tepat diterapkan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Maka dari itu, arsitektur biologis lebih mudah berkembang di Indonesia, arsitektur barat modern yang dibangun menggunakan teknologi tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupan manusia dan lingkungan alamnya. Arsitektur biologis sebenarnya dibangun dari pembangunan yang bersifat biologis kemudian berakhir ke pemikiran baru yang lebih mendalam, bersifat ekologis, alternatif dan menuju ke masa depan kehidupan, pendidikan dan pemukiman yang seimbang dengan alam.

            Pada zaman dahulu untuk membangun rumah adat menggunakan bahan-bahan yang diambil dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan sudah dipertimbangkan rancang bangun yang dapat tahan oleh macam ancaman alam.

Konsep arsitektur biologis saat ini menjadi lebih kontemporer. Arsitektur biologis mempergunakan teknologi alamiah untuk mengurangi keadaan kritis alam yang sudah mulai terancam, untuk meningkatkan kualitas kehidupan yaitu berupa kerohanian, dan kualitas bangunan dengan bagian-bagian material.


Bahan-bahan bangunan yang digunakan untuk mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Perencanaan arsitektur biologis memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan dibangun. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya ditentukan rangkaian bahan bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara membangunnya. Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis.


·         Penerapan Arsitektur Biologis

Kualitas bangunan dengan menggunakan bagian bagian material dan rohani juga menentukan kualitas lingkungan hidup manusia. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan dari alam yang dapat dibudidayakan lagi, digunakan dalam arsitektur biologis, seperti contohnya kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Bahan bangunan alamiah lainnya yang dapat digunakan lagi menjadi bangunan alamiah adalah tanah liat, tanah lempung dan batu alam, sedangkan bahan bangunan alam yang diproses oleh pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).

Perencanaan arsitektur biologis memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu berada. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat dan lempung),berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu).

Dalam konsep arsitektur biologis lebih di arahkan untuk  menjaga alam,perpaduan antara manusia dengan alam artinya setiap bangunan yang akan di bangun tidak memiliki dampak negatif terhadap alam dan dapat menciptakan suatu karya arsitektur yang ramah lingkungan,
tahapan arsitektur biologis dapat tercapai apabila :
1.Penggunaan material yang ramah lingkungan
2.Membuat solusi untuk mengatasi dampak negatif yang akan terjadi pada lingkungan sekitar.

Inovasi dan terobosan baru pada arsitektur biologis adalah tema “Green Arsitektur” yang ramah lingkungan dengan penghematan energi serta pemanfaatan lingkungan sebagai patokan utama pada tema green arsitektur. Hal-hal yang mendukung green arsitek adalah:
1.Pengolahan air
Air hujan mrupakan salah satu yang perlu manajemen yang baik supaya tidak mengganggu kenyamanan. Air hujan dialirkan melalui saluran-saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada di dalam lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase kota. Pengaliran air dengan mengandalkan sistem drainase kota terbukti sudah tidak efektif dalam mengelola air hujan.Banjir besar di Jakarta tahun 2002 dan 2007 merupakan bukti lemahnya sistem drainase kota menghadapi air hujan.

Salah satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori. Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang berdiameter 10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.

2. Hijau dirumah
Desain rumah yang green architecture bisa diterapkan dirumah. Kesatuan antara arsitektur bangunan rumah dan taman tentu harus selaras. Untuk mendekatkan diri dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga ditarik ke taman belakang atau ke taman samping, atau kamar mandi semi terbuka di taman samping. Fungsi ruang keluar menerus ke dalam ruang. Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual. Rumah dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi kokoh dan berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.

Arsitektur hijau pada dekorasi dan perabotan tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi, kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan berkualitas dan konstruksi lebih kuat, dan saluran air bersih. Keterbukaan ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis. Ketinggian lantai yang cenderung rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca, glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai skylight.

Prinsip-prinsip Green Architecture

1. Conserving Energy (Hemat Energi)
Lebih baik menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi untuk mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

 2. Working with Climate (Memanfaatkan energi alami)kondisi dan sumber
Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya, dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
·         Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
·         Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
·         Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
·         Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

·         Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
·         Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
·         Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic
Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site/


Perbedaan Arsitektur Ekologi, Arsitektur Biologi, Arsitektur Lingkungan :

Arsitektur Ekologi di konsep dengan pendesainan yang dilakukan dengan pendekatan dengan alam, alam sebagai dasar dalam desain si arsitek. Proses pendekatan ini menggabungkan teknologi dengan alam. menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang sering disebut dengan green building.

Arsitektur Biologi di konsep dengan biologis, para arsitek diajak memahami bangunan sebagai sebuah bangunan organis, untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan dalam arsitektur biologis.

Arsitektur Lingkungan di konsep dengan sesuatu yang berkaitan dengan perencanaan tata kota, landscape planning, urban design, interior maupun eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya alam, yang meliputi air, tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat berkaitan erat dengan arsitektur hijau (green architectur) karena sama – sama berhubungan dengan  sumber daya alam.




Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur Biologis

Posted by : Dimas Yulinko Ishlah 1 Comment
Ulasan Candi Borobudur (Magelang)


Borobudur merupakan candi Budha dan dikenal sebagai candi terbesar di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Candi Budha terbesar ini berada di kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang tepatnya berada sekitar 100 km sebelah barat laut dari kota Jogja. Walaupun candi ini berada di Magelang namun keberadaannya sering dijadikan sebagai salah satu tujuan destinasi wisata di Jogja. Kabarnya, candi yang mempunyai bentuk stupa ini sudah didirikan pada tahun 800. Hingga sekarang, Candi Brobudur ini masih digunakan juga sebagai tempat beribadah.

Hal yang unik dari candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama konstruksi bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa menggunakan semen sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh dengan pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.


Borobudur juga tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat tinggi, karya agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini juga sarat dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu).

EKSPLOITASI - Candi borobudur

Posted by : Dimas Yulinko Ishlah
Senin, 01 Januari 2018
0 Comments

- Copyright © YuriinikoBLOG - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -