Archive for Januari 2018
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang
terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya
pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber
daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan atau
pembangunan berkelanjutan memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu adanya saling
keterkaitan beberapa sektor, antara lain lingkungan dan masyarakat serta
kemanfaatan dan pembangunan. Pembangunan akan selalu berkaitan dan saling
berinteraksi dengan lingkungan hidup. Interaksi tersebut dapat bersifat positif
atau negatif. Pengetahuan dan informasi tentang berbagai interaksi tersebut sangat
diperlukan dalam pembangunan berwawasan lingkungan.
Ciri-ciri pembangunan
yang berwawasan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan yang dilaksanakan tidak terjadi
atau mampu meminimalkan kerusakan dan pecemaran lingkungan.
2. Pembangunan yang dilaksanakan memerhatikan
antara lingkungan fisik dan lingkungan emosi.
3. Pembangunan yang dilaksanakan mampu
mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara efektif, efisien, dan
bijaksana.
4. Pembangunan yang dilaksanakan mendasarkan pada
nilai-nilai kemanusiaan serta memerhatikan moral atau nilai-nilai adat yang
dianut dalam masyarakat.
5. Pembangunan yang dilakukan harus memiliki
sifat-sifat fundamental dan ideal serta berjangka pendek dan panjang.
6. Pembangunan yang dilaksanakan mampu memerluas
lapangan dan kesempatan kerja.
7. Pembangunan yang dilaksanakan harus mampu
melakukan pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan rakyat.
8. Pembangunan yang dilakukan harus mampu
melakukan pemerataan atau keseimbangan kesejahteraan hidup antaragolongan dan
antardaerah.
9. Pembangunan yang dilaksanakan dalam tingakt
laju pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi.
10. Pembangunan yang dilakukan harus berpedoman
untuk selalu mempertahankan stabilitas politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
keamanan nasional.
Pola pembangunan perkotaan yang
berwawasan lingkungan ialah konsep yang harus ditempuh melalui proses jangka
panjang. Sebab kota merupakan arena kegiatan manusia yang serba kompleks
melibatkan berbagai aspek ativitas. Baik aspek manusianya, sumber daya alam dan
buatan manusia. Oleh karenanya, pembangunan perkotaan dampak lingkungan yang
ditimbulkan merusak ekosistem perkotaan.
Seperti disebutkan dalam UULH pasal 1 angka 13 (Jayadinata 1992 lampiran
6) menyebutkan “Pembangunan berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan
berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam
pembangunan yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup”. Kalau uraian
tersebut dianalisis lebih jauh tentang konsep pembangunan yang berwawasan
lingkungan, ada beberapa cerita yang perlu diberi penekanan yang lebih
mendalam, yaitu :
1. Konsep Usaha Sadar
2. Bijaksana dan Berencana
3. Pembangunan yang Berkesinambungan
4. Meningkatkan Mutu Hidup
Metode dan Teknik
Perencanaan Lingkungan
Metode yang dugunakan dalam perencanaan
lingkungan pada dasarnya tidak berbeda dengan metode yang digunakan pada
perencanaan yang lain. Pokok-pokok yang menjadi fokus analisis dalam
perencanaan akan muncul pada seluruh tahapan proyek dan bervariasi menurut
tingkatan kerumitannya.
Pada tahap awal, biasanya berkaitan dengan persoalan rekayasa, keamanan
dan kesehatan yang diketahui atau diharapkan. Selanjutnya proses tersebut akan
menjadi lebih analitis, karena pokok persoalan yang muncul berkaitan dengan
pengujian prosedur perencanaan dan desain. Pendekatan yang digunakan memang
bervariasi. Pendekatan ini pada umumnya mencakup pemeriksaan lapangan. Setelah
itu, disertai usaha untuk mendapatkan ukuran lapangan. Data tersebut diperoleh
dari data sekunder, seperti peta topografi, peta tanah, keadaan cuaca.
Pengelolahan pembangunan yang berwawasan lingkungan harus mendasarkan
pada pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang guna menyokong
pembangunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan seluruh rakyat.
Contoh
Kota berwawasan lingkungan :
Surabaya,
Indonesia
Penerapan “Green building”
atau bangunan yang memiliki visi ramah lingkungan tidak terbatas pada gedung-gedung
bertingkat, melainkan bangunan lain seperti perumahan. Bangunan memberikan
kontribusi yang besar terhadap gas rumah kaca, selain transportasi massal
cepat. Karena itulah, mau tidak mau “green building” jadi prioritas agar
kualitas lingkungan lebih baik.
Gedung pemerintahan di Surabaya masih banyak yang belum menerapkan sistem tersebut, sehingga ke depan, pihaknya akan menekankan untuk kantor pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kantor setingkat dinas di pemerintah kota menerapkannya. Prinsip sudah diterapkan dan sudah ada evaluasi untuk gedung pemerintahan, tinggal bagaimana mengoptimalkan sirkulasi pencahayaan alami, sirkulasi udara yang tidak semata-mata mengandalkan AC dan instalasi pengolaan limbah.
Gedung pemerintahan di Surabaya masih banyak yang belum menerapkan sistem tersebut, sehingga ke depan, pihaknya akan menekankan untuk kantor pemerintahan mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga kantor setingkat dinas di pemerintah kota menerapkannya. Prinsip sudah diterapkan dan sudah ada evaluasi untuk gedung pemerintahan, tinggal bagaimana mengoptimalkan sirkulasi pencahayaan alami, sirkulasi udara yang tidak semata-mata mengandalkan AC dan instalasi pengolaan limbah.
Salah satu bangunan yang menerapkan konsep green building adalah Singgasana Hotel Surabaya. Hotel dengan konsep resort tanpa bangunan tingkat ini memungkinkan penghuni ataupun pengunjung tidak memerlukan lift atau escalator untuk menuju ke kamar atau ruangan tertentu.
Menurut Virtaloka selaku Manajer Public Relation Singgasana Hotel Surabaya, penggunaan jendela berukuran lebar serta lampu hemat energi merupakan upaya menuju bangunan yang hijau dan ramah lingkungan.
Tidak hanya energi, pencahayaan maupun konsep taman yang menjadi unggulan, penggunaan air juga menjadi perhatian untuk mewujudkan bangunan yang hijau dan ramah lingkungan.
Pemanfaatan water treatment plan untuk mengolah dan memanfaatkan air, menjadi salah satu faktor penghematan biaya untuk penggunaan air di Singgasana Hotel Surabaya. Penggunaan air untuk mandi, mencuci dan menyiram kebun, diperoleh dari air sungai Surabaya, dimana limbahnya selain masih dimanfaatkan, juga diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran sanitasi kota. Begitu juga dengan Kota Surabaya itu sendiri, saat ini di kota tersebut mulai banyak pembangunan taman-taman kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota
Walikota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan, cita-cita menjadikan Surabaya sebagai eco city, merupakan alasan dilakaksanakannya program "Green Building Awereness Award" ini. Risma berharap agar dengan kondisi kota yang bersih, hijau dan sehat, kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
Kota Berwawasan Lingkungan
Arsitektur Biologis berasal dari hubungan kata arsitektur
yang berarti “pembangunan”, bios yang berarti “kehidupan”, dan logos yang
berarti “dunia teratur” secara interdisipliner. Arsitektur sendiri
merupakan seni dalam imajinasi dan ilmu dalam merancang bangunan, maksudnya adalah
arsitektur yang merancang serta membangun keseluruhan lingkungan binaan dan
menuju pada hasil proses perancangan. Sedangkan Biologis adalah
ilmu alam yang mempelajari kehidupan serta organisme hidup termasuk struktur,
fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran dan taksonominya. Jadi Arsitektur
Biologis adalah illmu penghubung yang mempelajari antara manusia dan lingkungan
secara keseluruhan. Arsitektur ini merupakan arsitektur kemanusiaan yang
memeperhatikan kesehatan.
Arsitektur Biologis lebih memanfaatkan potensi alam
berdasarkan pembangunan berwawasan lingkungan. Kualitas dari arsitektur sulit
diukur batasan antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas
bisa dinilai dari bentuk bangunan serta konstruksi namun kurang mementingkan kualitas
penghuni yang dirasakan yang memungkinkan ketertarikan terhadap arsitektur
ini. Dalam Arsitektur Biologis diupayakan dalam perancangan
arsitektur memperhatikan aspek lingkungan serta meningkatkan
kualitas kehidupan.
Latar belakang
Arsitektur Biologis yang berkembang
sekarang adalah beberapa tahun terakhir isu daripemanasan global dijadikan
masalah yang disadari oleh banyak manusia sekarang. Diantaranya adalah tidak
seimbangnya ekosistem alam dari berbagai fenomena. Sehingga berbagai
pemimpin negara membahas permasalahan pemanasan global ini dan berbagai
komunitas serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli terhadap lingkungan
muncul dimana-mana. Salah satu yang ditempuh untuk meningkatkan
kualitas lingkungan hidup adalah menciptakan bangunan yang ramah
lingkungan dari segi rancang bangun berupa desain atau material bangunannya. Bukan
untuk mengembangkan bangunan pencakar langit, namun memikirkan bangunan yang
ramah terhadap alam lingkungan sehingga muncul keseimbangan alam yang baik.
· Arsitektur
Tradisional merupakan Arsitektur Biologis
Arsitektur ini cocok dengan iklim daerah
setempat seperti di Indonesia. Contohnya adalah rumah dipedalaman seperti di
Irian Jaya suku Korowai di Merauke yaitu rumah diatas pohon yang perencanaan
bangunannya selaras dengan alam. Peralatan masih berupa batu karang dan kayu.
Penyelesaiannya selama 2 tahun dan bisa menampung 4-5 keluarga. Dinding rumah
dibuat dari pelepah daun nipah, pohon penghasil sagu. Alas rumah terbuat
dari kulit kayu balsa yang diserut menggunakan pisau karang.
Dan contoh lagi adalah perkampungan di Bali menggambarkan keselarasan manusia
dengan alam yang bentuk bangunannya disesuaikan dengan aktivitas dab fungsi
penghuni, bahan bangunannya dari bahan alami dan dibentuk dengan bantuan
konstruksi yang memperhatikan iklim.
Rumah adat yang berbentuk rumah pangggung salah satu contoh arsitektur
biologis zaman dahulu di Indonesia. Rumah adat ini sangat kokoh dibandingkan
dengan bangunan lain dibuktikan dengan peristiwa gempa yang pernah terjadi,
karena bobot bangunan ini ringan terbuat dari bambu dan kayu sehingga kuat
terhadap gempa. Pada era modern sekarang arsitektur biologis tidak harus sama
seperti bangunan rumah adat, lebih membuat rancangan bangunan yang efisien
terhadap sumber daya seperti listrik dan pendekatan ekologis seperti ramah
lingkungan, menjaga kelangsungan ekosistem, energi efisien, menekan
penggunaan sumber daya alam yang dapat diperbarui dengan cara daur ulang.
Ahli biologi dan arsitek Rudolf Doernach kelahiran Stuttgart-Jerman, memikirkan
bahwa setiap negara di dunia kini berusaha membangun perumahan dan kota masa
depan yang memperhatikan masalah penyelamatan lingkungan. Pengotoran udara oleh
industri dan kepadatan penduduk di perkotaan sangat merugikan masyarakat di
dunia. Arsitektur biologis merupakan alternatif berguna meringankan kerusakan
lingkungan akibat kemajuan teknologi. Sebaiknya pembangunan lingkungan harus
terdiri dari dinding dan atap hidup yang menyediakan oksida dan energi.
Pendidikan arsitektur
barat kurang tepat diterapkan di negara-negara berkembang seperti di Indonesia
yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Maka dari itu, arsitektur biologis
lebih mudah berkembang di Indonesia, arsitektur barat modern yang dibangun
menggunakan teknologi tinggi, lebih sering merusak dasar kehidupan manusia dan
lingkungan alamnya. Arsitektur biologis sebenarnya dibangun dari pembangunan
yang bersifat biologis kemudian berakhir ke pemikiran baru yang lebih mendalam,
bersifat ekologis, alternatif dan menuju ke masa depan kehidupan, pendidikan
dan pemukiman yang seimbang dengan alam.
Pada zaman dahulu untuk membangun rumah adat menggunakan bahan-bahan yang
diambil dari alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan sudah dipertimbangkan
rancang bangun yang dapat tahan oleh macam ancaman alam.
Konsep arsitektur
biologis saat ini menjadi lebih kontemporer. Arsitektur biologis mempergunakan
teknologi alamiah untuk mengurangi keadaan kritis alam yang sudah mulai
terancam, untuk meningkatkan kualitas kehidupan yaitu berupa kerohanian, dan
kualitas bangunan dengan bagian-bagian material.
Bahan-bahan bangunan
yang digunakan untuk mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan
dari alam, seperti kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Perencanaan
arsitektur biologis memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan
dibangun. Teknologinya sederhana, bentuk bangunannya ditentukan rangkaian bahan
bangunannya dan oleh fungsi menurut kebutuhan dasar penghuni dengan cara
membangunnya. Arsitektur tradisional merupakan contoh dari arsitektur biologis.
· Penerapan
Arsitektur Biologis
Kualitas bangunan
dengan menggunakan bagian bagian material dan rohani juga menentukan kualitas
lingkungan hidup manusia. Bahan-bahan bangunan yang digunakan dalam mewujudkan
arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari alam. Bahan bangunan dari alam
yang dapat dibudidayakan lagi, digunakan dalam arsitektur biologis, seperti
contohnya kayu, bambu, rumbia, alang-alang dan ijuk. Bahan bangunan alamiah
lainnya yang dapat digunakan lagi menjadi bangunan alamiah adalah tanah liat,
tanah lempung dan batu alam, sedangkan bahan bangunan alam yang diproses oleh
pabrik atau industri adalah batu artifisial yang dibakar (batu merah), genting
flam, genting pres dan batu-batuan pres (batako).
Perencanaan arsitektur
biologis memperhatikan konstruksi yang sesuai dengan tempat bangunan itu
berada. Bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunannya. Konstruksi
bangunan yang digunakan ada yang bersifat masif (konstrtuksi tanah, tanah liat
dan lempung),berkotak (konstruksi batu alam dan batu-batu merah), serta
konstruksi bangunan rangka(kayu dan bambu).
Dalam konsep
arsitektur biologis lebih di arahkan untuk menjaga alam,perpaduan antara
manusia dengan alam artinya setiap bangunan yang akan di bangun tidak memiliki
dampak negatif terhadap alam dan dapat menciptakan suatu karya arsitektur yang
ramah lingkungan,
tahapan arsitektur
biologis dapat tercapai apabila :
1.Penggunaan material
yang ramah lingkungan
2.Membuat solusi untuk mengatasi dampak
negatif yang akan terjadi pada lingkungan sekitar.
Inovasi dan terobosan baru pada arsitektur
biologis adalah tema “Green Arsitektur” yang ramah lingkungan dengan
penghematan energi serta pemanfaatan lingkungan sebagai patokan utama pada tema
green arsitektur. Hal-hal yang mendukung green arsitek adalah:
1.Pengolahan air
Air
hujan mrupakan salah
satu yang perlu manajemen yang baik supaya tidak mengganggu kenyamanan. Air
hujan dialirkan melalui saluran-saluran (vertikal maupun horizontal) yang ada
di dalam lahan sebelum diteruskan ke sistem drainase kota. Pengaliran air dengan mengandalkan
sistem drainase
kota terbukti sudah tidak efektif dalam mengelola air hujan.Banjir besar di
Jakarta tahun 2002 dan 2007 merupakan bukti lemahnya sistem drainase
kota menghadapi air hujan.
Salah
satu alternatif pengolahan air hujan adalah menggunakan lubang resapan biopori.
Resapan biopori meningkatkan daya resapan air hujan dengan memanfaatkan peran
aktifitas fauna tanah dan akar tanaman.Lubang resapan biopori adalah lubang
silindris yang berdiameter
10-30 cm yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar
100 cm. Dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, lubang biopori
dibuat tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi
dengan sampah organik untuk memicu terbentuknya biopori.
2. Hijau dirumah
Desain rumah yang
green architecture bisa diterapkan dirumah. Kesatuan antara arsitektur bangunan
rumah dan taman tentu harus selaras. Untuk mendekatkan diri dengan alam, fungsi
ruang dalam rumah ditarik keluar. Ruang tamu di taman teras depan, ruang makan
dan ruang keluarga ditarik ke taman belakang atau ke taman samping, atau kamar
mandi semi terbuka di taman samping. Fungsi ruang keluar menerus ke dalam
ruang. Ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan
visual. Rumah dan taman mensyaratkan hemat bahan efisien, praktis, ringan, tapi
kokoh dan berteknologi tinggi, tanpa mengurangi kualitas bangunan.
Arsitektur hijau pada dekorasi dan perabotan
tidak perlu berlebihan, saniter lebih baik, dapur bersih, desain hemat energi,
kemudahan air bersih, luas dan jumlah ruang sesuai kebutuhan, bahan bangunan
berkualitas dan konstruksi lebih kuat, dan saluran air bersih. Keterbukaan
ruang-ruang dalam rumah yang mengalir dinamis. Ketinggian lantai yang cenderung
rata sejajar, distribusi void-void, pintu dan jendela tinggi lebar dari plafon
hingga lantai dilengkapi jalusi (krepyak), dinding transparan (kaca,
glassblock, fiberglass, kerawang, batang pohon), atap hijau (rumput) disertai
skylight.
Prinsip-prinsip Green Architecture
1. Conserving Energy
(Hemat Energi)
Lebih baik menjalankan
secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber
energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya
kembali. Solusi untuk mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu
memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah
lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari
sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:
Banguanan dibuat
memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi
listrik. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi
thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang
diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju
dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk
mendapatkan sinar matahari yang maksimal. Memasang lampu listrik hanya pada
bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol
pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya
sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu. Menggunakan Sunscreen
pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi
panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan. Mengecat interior bangunan dengan
warna cerah tapi tidak menyilaukan, bertujuan untuk meningkatkan intensitas
cahaya. Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan
oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.
2. Working with Climate (Memanfaatkan
energi alami)kondisi dan sumber
Melalui pendekatan
green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya, dilakukan dengan
memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk
serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:
· Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
· Menggunakan sistem air pump dan cros
ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam
ruangan.
· Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur
iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
· Menggunakan jendela dan atap yang sebagian
bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai
kebutuhan.
3. Respect for Site
(Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)
Perencanaan mengacu
pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan
bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak
lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.
· Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat
desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
· Luas permukaan dasar bangunan yang kecil,
yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
· Menggunakan material lokal dan material yang
tidak merusak lingkungan.
4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)
Antara pemakai dan
green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan green
architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam
perencanaan dan pengoperasiannya.
5. Limitting New
Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)
Suatu bangunan
seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan
kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.
6. Holistic
Memiliki pengertian
mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses
perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat
dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan
lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak
mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan
sesuai potensi yang ada di dalam site/
Perbedaan Arsitektur
Ekologi, Arsitektur Biologi, Arsitektur Lingkungan :
Arsitektur
Ekologi di konsep dengan
pendesainan yang dilakukan dengan pendekatan dengan alam, alam sebagai dasar
dalam desain si arsitek. Proses pendekatan ini menggabungkan teknologi dengan
alam. menggunakan alam sebagai basis design, strategi konservasi, perbaikan
lingkungan, dan bisa diterapkan pada semua tingkatan dan skala untuk
menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman dan kota yang
revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam perancangannya. Perwujudan dari
desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang berwawasan lingkungan yang
sering disebut dengan green building.
Arsitektur Biologi di konsep dengan biologis, para arsitek
diajak memahami bangunan sebagai sebuah bangunan organis, untuk meningkatkan
kualitas kehidupan. Kualitas bangunan dengan bagian-bagian material dan rohani
menentukan kualitas lingkungan hidup manusia.Bahan-bahan bangunan yang
digunakan dalam mewujudkan arsitektur biologis adalah bahan-bahan bangunan dari
alam. Bahan bangunan alam yang dapat dibudidayakan lagi,digunakan dalam
arsitektur biologis.
Arsitektur Lingkungan di konsep dengan sesuatu yang berkaitan
dengan perencanaan tata kota, landscape planning, urban design, interior maupun
eksterior yang memperhatikan kondisi fisik sumber daya alam, yang meliputi air,
tanah, udara, iklim, cahaya, bunyi dan kelembapan. Arsitektur lingkungan sangat
berkaitan erat dengan arsitektur hijau (green architectur) karena sama – sama
berhubungan dengan sumber daya alam.
Perencanaan Dan Perancangan Arsitektur Biologis
Ulasan Candi Borobudur (Magelang)
Borobudur merupakan candi Budha dan dikenal sebagai candi
terbesar di Indonesia, bahkan seluruh dunia. Candi Budha terbesar ini berada di
kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang tepatnya berada sekitar 100
km sebelah barat laut dari kota Jogja. Walaupun candi ini berada di Magelang
namun keberadaannya sering dijadikan sebagai salah satu tujuan destinasi wisata
di Jogja. Kabarnya, candi yang mempunyai bentuk stupa ini sudah didirikan pada
tahun 800. Hingga sekarang, Candi Brobudur ini masih digunakan juga sebagai
tempat beribadah.
Hal yang unik dari
candi borobudur adalah balok yang digunakan sebagai bahan utama konstruksi
bangunan terbuat dari abu vulkanik Gunung Merapi yang dibekukan. Balok-balok
ini kemudian disusun membentuk lebih dari 500 buah arca tanpa menggunakan semen
sama sekali. Luar biasa bukan, Tak hanya itu, candi ini juga penuh dengan
pahatan relief yang menceritakan perjalanan hidup Sang Buddha.
Borobudur juga tidak hanya memiliki nilai seni yang teramat
tinggi, karya agung yang menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu ini
juga sarat dengan nilai filosofis. Mengusung konsep mandala yang melambangkan
kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi
tiga tingkatan, yakni dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk
(Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu).